Kamis, 19 September 2013

Mewujudkan Pendidikan Karakter Yang Berkualitas


 Dalam tataran teori, pendidikan karakter sangat menjanjikan bagi menjawab persoalan pendidikan di Indonesia. Namun dalam tataran praktik, seringkali terjadi bias dalam penerapannya. Tetapi sebagai sebuah upaya, pendidikan karakter haruslah sebuah program yang terukur pencapaiannya. Bicara mengenai pengukuran artinya harus ada alat ukurnya, kalo alat ukur pendidikan matematika jelas, kasih soal ujian jika nilainya diatas strandard kelulusan artinya dia bisa. Nah, bagaimana dengan pendidikan karakter?

 Jika diberi soal mengenai pendidikan karakter maka soal tersebut tidak benar-benar mengukur keadaan sebenarnya. Misalnya, jika anda bertemu orang yang tersesat ditengah jalan dan tidak memiliki uang untuk melanjutkan perjalananya apa yang anda lakukan? Untuk hasil nilai ujian yang baik maka jawabannya adalah menolong orang tersebut, entah memberikan uang ataupun mengantarnya ke tujuannya. Pertanyaan saya, apabila hal ini benar-benar terjadi apakah akan terjadi seperti teorinya? Seperti jawaban ujian? Lalu apa alat ukur pendidikan karakter? Observasi atau pengamatan yang disertai dengan indikator perilaku yang dikehendaki. Misalnya, mengamati seorang siswa di kelas selama pelajaran tertentu, tentunya siswa tersebut tidak tahu saat dia sedang di observasi. Nah, kita dapat menentukan indikator jika dia memiliki perilaku yang baik saat guru menjelaskan, anggaplah mendengarkan dengan seksama, tidak ribut dan adanya catatan yang lengkap. Mudah bukan? Dan ini harus dibandingkan dengan beberapa situasi, bukan hanya didalam kelas saja. Ada banyak cara untuk mengukur hal ini, gunakan kreativitas anda serta kerendahan hati untuk belajar lebih maksimal agar pengukuran ini lebih sempurna.

Membentuk siswa yang berkarakter bukan suatu upaya mudah dan cepat. Hal tersebut memerlukan upaya terus menerus dan refleksi mendalam untuk membuat rentetan Moral Choice (keputusan moral) yang harus ditindaklanjuti dengan aksi nyata, sehingga menjadi hal yang praktis dan reflektif. Diperlukan sejumlah waktu untuk membuat semua itu menjadi custom (kebiasaan) dan membentuk watak atau tabiat seseorang. Menurut Helen Keller (manusia buta-tuli pertama yang lulus cum laude dari Radcliffe College di tahun 1904) “Character cannot be develop in ease and quite. Only through experience of trial and suffering can the soul be strengthened, vision cleared, ambition inspired, and success achieved”.
Selain itu pencanangan pendidikan karakter tentunya dimaksudkan untuk menjadi salah satu jawaban terhadap beragam persoalan bangsa yang saat ini banyak dilihat, didengar dan dirasakan, yang mana banyak persoalan muncul yang di indentifikasi bersumber dari gagalnya pendidikan dalam menyuntikkan nilai-nilai moral terhadap peserta didiknya. Hal ini tentunya sangat tepat, karena tujuan pendidikan bukan hanya melahirkan insan yang cerdas, namun juga menciptakan insan yang berkarakter kuat. Seperti yang dikatakan Dr. Martin Luther King, yakni “intelligence plus character that is the goal of true education” (kecerdasan yang berkarakter adalah tujuan akhir pendidikan yang sebenarnya).

Banyak hal yang dapat dilakukan untuk merealisasikan pendidikan karakter di sekolah. Konsep karakter tidak cukup dijadikan sebagai suatu poin dalam silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran di sekolah, namun harus lebih dari itu, dijalankan dan dipraktekan. Mulailah dengan belajar taat dengan peraturan sekolah, dan tegakkan itu secara disiplin. Sekolah harus menjadikan pendidikan karakter sebagai sebuah tatanan nilai yang berkembang dengan baik di sekolah yang diwujudkan dalam contoh dan seruan nyata yang dipertontonkan oleh tenaga pendidik dan kependidikan di sekolah dalam keseharian kegiatan di sekolah.

Di sisi lain, pendidikan karakter merupakan upaya yang harus melibatkan semua pemangku kepentingan dalam pendidikan, baik pihak keluarga, sekolah dan lingkungan sekolah dan juga masyarakat luas. Oleh karena itu, langkah awal yang perlu dilakukan adalah membangun kembali kemitraan dan jejaring pendidikan yang kelihatannya mulai terputus diantara ketiga stakeholders terdekat dalam lingkungan sekolah yaitu guru, keluarga dan masyarakat. Pembentukan dan pendidikan karakter tidak akan berhasil selama antara stakeholder lingkungan pendidikan tidak ada kesinambungan dan keharmonisan. Dengan demikian, rumah tangga dan keluarga sebagai lingkungan pembentukan dan pendidikan karakter pertama dan utama harus lebih diberdayakan yang kemudian didukung oleh lingkungan dan kondisi pembelajaran di sekolah yang memperkuat siklus pembentukan tersebut. Di samping itu tidak kalah pentingnya pendidikan di masyarakat. Lingkungan masyarakat juga sangat mempengaruhi terhadap karakter dan watak seseorang. Lingkungan masyarakat luas sangat mempengaruhi terhadap keberhasilan penanaman nilai-nilai etika, estetika untuk pembentukan karakter. Menurut Qurais Shihab (1996; 321), situasi kemasyarakatan dengan sistem nilai yang dianutnya, mempengaruhi sikap dan cara pandang masyarakat secara keseluruhan. Jika sistem nilai dan pandangan mereka terbatas pada kini dan disini, maka upaya dan ambisinya terbatas pada hal yang sama.

Ingin mewujudkan pendidikan karakter yang berkualitas? Maka kuncinya sudah dipaparkan diatas, ada alat ukur yang benar sehingga ada evaluasi dan tahu apa yang harus diperbaiki, adanya tiga komponen penting (guru, keluarga dan masyarakat) dalam upaya merelaisasikan pendidikan karakter berlangsung secara nyata bukan hanya wacana saja tanpa aksi. Ingat, Pendidikan karakter melalui sekolah, tidak semata-mata pembelajaran pengetahuan semata, tetapi lebih dari itu, yaitu penanaman moral, nilai-nilai etika, estetika, budi pekerti yang luhur. Dan yang terpenting adalah praktekan setelah informasi tersebut di berikan dan lakukan dengan disiplin oleh setiap elemen sekolah.


Sumber :http://www.pendidikankarakter.com/mewujudkan-pendidikan-karakter-yang-berkualitas/ 
              Wikipedia





Rabu, 18 September 2013

Cara Jitu Turunkan Berat Badan







Menurunkan berat badan merupakan impian tiap orang yang memiliki berat badan yang berlebih. Berbagai cara ditempuh untuk menurunkan berat badan mereka, mulai dari cara tradisional sampai dengan cara modern.

Berat badan yang berlebih tentu akan mengganggu penampilan kita, utamanya bagi kaum perempuan. Tubuh yang ideal adalah dambaan setiap kaum perempuan. Kaum laki-laki pun tidak mau ketinggalam untuk memiliki tubuh yang ideal.

Sebelum kita membahas cara jitu dan efektig menurunkan berat badan ada baiknya, jika kita terlebih dahulu mengetahui faktor-faktor berat badan sesorang naik. Berikut ini faktor-faktor berat badan naik :

1. Perubahan hormon pada saat menstruasi (perempuan)
Perubahan hormon terjadi apabila wanita sedang dalam masa menstruasi. Hormon esterogen akan semakin meningkat, hormon tersebut juga dapat memicu nafasu makan berlebih sehingga wanita yang sedang dalam masa menstruasi hampir seluruh bagian tubuh akan mengalami pembengkakan dan kenaikan berat badan.

2. Perubahan rasa mood ( perasaan) 
Ada beberapa wanita bila sedang mengalami rasa stress akan suatu masalah atau merasa jenuh, kerap kali meluapkan dengan makan tanpa terkendali. Hal tersebut juga dapat menjadi salah satu pemicu kenaikan berat badan.

3. Wanita yang sedang hamil atau menyusui (perempuan)
Sebagian besar wanita di dunia yang sedang mengandung dan atau sedang menyusui akan mengalami perubahan pada selera makan, mungkin ketika sebelum hamil dan atau menyusui nafsu makan terkendali. Hal tersebut disebabkan karena perubahan hormon esterogen dan progesteron. Tentunya wanita sedang mengandung pastinya mengalami perubahan nafsu makan karena ada janin pada kandungan. Seorang wanita atau seorang ibu akan berbagi sari makanan pada buah hati karena bayi hanya menyerap sari makanan pada plasenta dan air susu. Pada ibu hamil kenaikan berat badan normalnya mencapai 15-20 kg.

4. Faktor Genetika ( keturunan )
Faktor gen atau keturunan memang menjadi salah satu alasan mengapa memiliki tubuh gemuk ( obesitas ) tak hanya kegemukan yang disebabkan karena faktor gen namun bila dalam satu keluarga memiliki riwayat penyakit yang cukup berbahaya mungkin saja salah satu dari anak mereka memilikinya.

Apabila anda memiliki metabolisme tubuh terjaga dengan baik dan metabolisme tubuh tinggi, serta pembakaran makanan nya pun baik, berapapun jumlah makanan yang anda makan setiap harinya tidak akan membuat tubuh anda gemuk dan mengalami kelebihan berat badan. Namun dibandingkan dengan seseorang yang memiliki metabolisme tubuh yang rendah, makan sedikit saja mudah gemuk dan berat badan meningkat.

Dari keempat faktor di atas dua diantaranya faktor kenaikan berat badan khusus untuk perempuan. Memang kedua faktor ini sangat sulit untuk dihindari, mengingat pada saat hamil perempuan memang harus menkomsumsi banyak makanan bergizi untuk kesehatan janin mereka dan setelah melahirkan harus menyusui buah hati mereka. Tapi bagi kaum perempuan tidak perlu berkecil hati karena masih ada jalan untuk bisa menurunkan berat bada yang berlebih.

Perempuam sebaiknya melakukan tips jitu dan efektif menurunkan berat badan yang nantinya akan dipaparkan setelah proses kelahiran dan menyusui demi mengoptimalkan perkembangan bayi.


Cara Jitu dan Efektif Menurunkan Berat Badan :
  1. Tidak perlu untuk selalu menghindar dalam mengkonsumsi golongan jenis makanan tertentu, namun tetap selalu menjaga keseimbangan asupan nutrisi kedalam tubuh. Sebab untuk dapat menjaga supaya tubuh tetap sehat setiap saat, tubuh juga membutuhkan air, berbagai jenis vitamin, karbohidrat, asupan lemak, mineral serta serat yang dapat didapatkan dengan selalu mengkonsumsi semua jenis sayuran dan buah-buahan segar.
  2. Selalu memperhatikan apa kebutuhan protein untuk tubuh. Tubuh manusia setiap hari selalu memerlukan 30 kg protein yang dapat kita peroleh dengan cara mengkonsumsi berbagai jenis daging, susu serta sumber-sumber protein makanan dari jenis polong-polongan, padi-padian serta protein dari kacang-kacangan.
  3. Jangan selalu menghindari mengkonsumsi semua jenis lemak, sebab bagaimanapun juga tubuh kita selalu membutuhkan asupan lemak sebanyak -+ 50 gram lemak/hari. Namun makanan yang mengandung lemak pilihan yang dapat diperoleh dari golongan gandum, kacangan serta minyak zaitun dan jenis-jenis makanan yang mempunyai kandungan lemak tak jenuh.
  4. Usahakan untuk makan hanya jika sedang lapar saja dan hindari perlakuan makan hingga terlalu kenyang serta usahakan selalu mengganti cemilan yang terlalu banyak mengandung lemak dan glukosa dengan mengkonsumsi buah-buahan segar.
  5. Selalu perbanyak mengkonsumsi air putih, pastikan sedikitnya menghabiskan 8 gelas setiap harinya.
  6. Lakukan terapi detoxifikasi secara berkala setiap waktu.
  7. Selalu menambahkan berbagai jenis makanan bernutrisi yang mengandung herbal untuk selalu menjaga vitalitas serta daya tahan tubuh terhadap berbagai macam penyakit.
  8. Dan yang terkahir membudayakan gaya hidup hidup sehat setiap hari, baik dari menjada kebersihan makanan dan kebersihan lingkungan sekitar kita.
Setelah melakukan kedelapan langkah-langkah yang ada di atas akan tetapi hasil yang ddiperoleh tidak sesuai dengan harapan, kemungkinan kita memiliki masalah pada point keempat faktor berat badan naik yaitu faktor genetik. Faktor genetik memiliki proporsi yang sangat besat terhadap berat badan kita, jadi sangat sulit bagi orang yang memiliki genetik berat badan yang berlebih untuk menurunkan berat badan mereka. Perlu perlakuan khusu untuk bisa menurunkan berat badan mereka, dan disarankan untuk konsultasi secara khusus pada dokter ahli untuk menurunkan berat badan.

Sumber : Wikipedia

Pendidikan Karakter

”Pendidikan Karakter Untuk Membangun Keberadaban Bangsa”, adalah kearifan dari keaneragaman nilai dan budaya kehidupan bermasyarakat. Kearifan itu segera muncul, jika seseorang membuka diri untuk menjalani kehidupan bersama dengan melihat realitas plural yang terjadi. Oleh karena itu pendidikan harus diletakan pada posisi yang tepat, apalagi ketika menghadapi konflik yang berbasis pada ras, suku dan keagamaan. pendidikan karakter bukanlah sekedar wacana tetapi realitas implementasinya, bukan hanya sekedar kata-kata tetapi tindakan dan bukan simbol atau slogan, tetapi keberpihak yang cerdas untuk membangun keberadaban bangsa Indonesia. Pesan akhir tulisan ini, berikan layanan yang terbaik kepada Pendidik dan Tenaga Kependidikan sehingga terwujud masyarakat yang ”beradab” yang mengimplementasikan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia. Pembiasaan berperilaku santun dan damai adalah refreksi dari tekad kita sekali merdeka, tetap merdeka. 

Mengapa Melalui Pendidikan?
“Education is not a preparation of life, but it’s life itself”. Demikianlah pendapat John Dewey ketika beliau berusaha menjelaskan tentang ranah pendidikan yang sesungguhnya. Pendidikan adalah kehidupan. Oleh karena itu, benar kata WD Rendra dalam salah satu puisinya telah mempertanyakan tentang adanya “papan tulis-papan tulis para pendidik yang terlepas dari persoalan kehidupan”. Mengapa? Proses pendidikan di sekolah ternyata masih lebih mengutamakan aspek kognitifnya ketimbang afektif dan psikomotoriknya. Bahkan konon Ujian Nasional pun lebih mementingkan aspek intelektualnya ketimbang aspek kejujurannya. Konon tingkat kejujuran Ujian Nasional itu hanyalah 20%, karena masih banyak peserta didik yang menyontek dalam pelbagai cara dalam mengerjakan Ujian Nasional itu.


Dalam bukunya tentang Kecerdasan Ganda (Multiple Intelligences), Daniel Goleman mengingatkan kepada kita bahwa kecerdasan emosional dan sosial dalam kehidupan diperlukan 80%, sementara kecerdasan intelektual hanyalah 20% saja. Dalam hal inilah maka pendidikan karakterdiperlukan untuk membangun kehidupan yang lebih beradab, bukan kehidupan yang justru dipenuhi dengan perilaku biadab. Maka terpikirlah oleh para cerdik pandai tentang apa yang dikenal dengan pendidikan karakter (character education).


Pendidikan Karakter dan Peningkatan Daya Saing Bangsa
Pilarkarakter yang mana yang harus dikembangkan di Indonesia? Sesungguhnya semua pilar karakter tersebut memang harus dikembangkan secara holistik melalui sistem pendidikan nasional di negeri ini. Namun, secara spesifik memang juga ada pilar-pilar yang perlu memperoleh penekanan. Sebagai contoh, pilar karakter kejujuran (honesty) sudah pasti haruslah lebih mendapatkan penekanan, karena negeri ini masih banyak tindak KKN dan korupsi. Demikian juga dengan pilar keadilan (fairness) juga harus lebih memperoleh penekanan, karena kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa banyak pendukung pemilukada yang kalah ternyata tidak mau secara legowo mengakui kekalahannya. Selain itu, fenomena tawuran antarwarga, antarmahasiswa, dan antaretnis, juga sangat memerlukan pilar karakter toleransi (tolerance), rasa hormat (respect), dan persamaan (equality).

Untuk tujuan khusus, misalnya membangkitkan semangat bagi para olahragawan yang akan bertanding di tingkat internasional, maka pilar rasa percaya diri (trustworthiness) dan keberanian (courage) juga harus mendapatkan penekanan tersendiri.

Akhirnya, dengan pendidikan yang dapat meningkatkan semua potensi kecerdasan anak-anak bangsa, dan dilandasi dengan pendidikan karakternya, diharapkan anak-anak bangsa di masa depan akan memiliki daya saing yang tinggi untuk hidup damai dan sejahtera sejajar dengan bangsa-bangsa lain di dunia yang semakin maju dan beradab. 
http://www.artikelbagus.com/2012/03/artikel-pendidikan-karakter.html

Selasa, 17 September 2013

Jenis Jenis Menyimak



Menyimak ada berbagai macam jenis. Namun beberapa jenis tersebut dibedakan berdasarkan kriteria tertentu, yakni berdasarkan suber suara, berdasarkan bahan simak, dan berdasarkan pada titik pandang aktivitas menyimak

1) Berdasarkan Sumber Suara

Berdasarkan sumber suara yang disimak, dikenal dua jenis nama penyimak yaitu intrapersonal listening atau menyimak intrapribadi dan interpersonal listening atau menyimak antarpribadi.

Sumber suara yang disimak dapat berasal dari diri kita sendiri. Ini terjadi di saat kita menyendiri merenungkam nasib diri, menyesali perbuatan sendiri, atau berkata-kata dengan diri sendiri. Jenis menyimak yang seperti inilah yang disebut intrapersonal listening.

Sumber suara yang disimak dapat pula berasal dari luar diri penyimak. Menyimak yang seperti inilah yang paling banyak kita lakukan misalnya dalam percakapan, diskusi, seminar, dan sebagainya. Jenis menyimak yang seperti ini disebut interpersonal listening.

2) Berdasarkan Cara Penyimakan

Berdasarkan cara penyimakannya, menyimak dibagi menjadi dua ragam, yakni menyimak intensif dan menyimak ekstensif.


Menyimak intensif

Menyimak intensif adalah kegiatan menyimak dengan penuh perhatian, ketentuan dan ketelitian sehingga penyimak memahami secara mendalam. Dengan cara menyimak yang intensif, penyimak melakukan penyimakan dengan penuh perhatian, ketelitian, dan ketekunan, sehingga penyimak memahami secara luas bahan simakannya. Jenis menyimak seperti ini dibagi atas beberapa jenis, yaitu :


Menyimak kritis, bertujuan untuk memperoleh fakta yang diperlukan. Penyimak menilai gagasan, ide, informasi dari pembicara. Contoh: orang yang menghadiri seminar akan memberikan tanggapan terhadap isi seminar.


Menyimak introgatif, merupakan kegiatan menyimak yang menuntut konsentrasi dan selektivitas, pemusatan perhatian karena penyimak akan mengajukan pertanyaan setelah selesai menyimak. Contoh: seseorang yang diinterogasi oleh polisi karena telah melakukan kejahatan.


Menyimak penyelidikan, yakni sejenis menyimak dengan tujuan menemukan. Contoh: seorang yang masih diduga telah membunuh orang lain sedang diselidiki oleh polisi dengan mengutarakan beberapa pertanyaan yang harus di jawab. Maka polisi melakukan menyimak penyelidikan saat sang tersangka menjawab pertanyaannya.


Menyimak kreatif, mempunyai hubungan erat dengan imajinasi seseorang. Penyimak dapat menangkap makna yang terkandung dalam puisi dengan baik karena ia berimajinasi dan berapresiasi terhadap puisi itu.


Menyimak konsentratif, merupakan kegiatan untuk menelaah pembicaraan/hal yang disimaknya. Hal ini diperlukan konsentrasi penuh dari penyimak agar ide dari pembicara dapat diterima dengan baik. Contoh: saat mahasiswa melaksanakan tes toefl sesi listening, ia melakukan simak konsentratif agar dapat memahami maksud sang pembicara dengan tepat.


Menyimak selektif, yakni kegiatan menyimak yang dilakukan dengan menampung aspirasi dari penutur / pembicara dengan menyeleksi dan membandingkan hasil simakan dengan hal yang relevan. Contoh: menyimak acara televisi dan memilah-milah mana yang boleh ditonton oleh anak kecil dan mana yang dilarang.


Menyimak ekstensif

adalah proses menyimak yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari, seperti: menyimak radio, televisi, percakapan orang di pasar, pengumuman, dan sebagainya. Menyimak siperti ini sering pula diartikan sebagai kegiatan menyimak yang berhubungan dengan hal-hal yang umum dan bebas terhadap suatu bahasa. Dalam prosesnya di sekolah tidak perlu langsung di bawah bimbingan guru. Pelaksanaannya tidak terlalu dituntut untuk memahami isi bahan simakan. Bahan simakan perlu dipahami secara sepintas, umum, garis besarnya saja atau butir-butir yang penting saja. Jenis menyimak ekstensif dapat dibagi empat:


Menyimak sekunder, yakni sejenis mendengar secara kebetulan, maksudnya menyimak dilakukan sambil mengerjakan sesuatu.

Contoh : Ahmad sedang mencuci motor tanpa sadar ia mendengar Ibunya bercerita di teras dengan tetangganya.


Menyimak estetik, yakni penyimak duduk terpaku menikmati suatu pertunjukkan misalnya, lakon drama, cerita, puisi, baik secara langsung maupun melalui radio. Secara imajinatif penyimak ikut mengalami, merasakan karakter dari setiap pelaku.


Menyimak pasif, merupakan penyerapan suatu bahasa tanpa upaya sadar yang biasanya menandai upaya penyimak.

Contoh : Tukang Becak yang biasa mengantar turis secara tidak langsung pandai berkomunikasi menggunakan bahasa asing.


Menyimak sosial, berlangsung dalam situasi sosial, misalnya orang mengobrol, bercengkrama mengenai hal-hal menarik perhatian semua orang dan saling menyimak satu dengan yang lainnya, untuk merespon yang pantas, mengikuti bagian-bagian yang menarik dan memperlihatkan perhatian yang wajar terhadap apa yang dikemukakan atau dikatakan orang.

3) Berdasarkan Titik Pandang Aktivitas menyimak

Menyimak Berdasarkan pada titik pandang aktivitas penyimak dapat diklarifikasikan:


Kegiatan menyimak bertarap rendah

Kegiatan menyimak bertaraf rendah berupa penyimak baru sampai pada kegiatan memberikan dorongan, perhatian, dan menunjang pembicaraan. Biasanya aktivitas itu bersifat nonverbal seperti mengangguk-angguk, senyum, sikap tertib dan penuh perhatian atau melalui ucapan-ucapan pendek seperti benar, saya setuju, ya, ya dan sebagainya. Menyimak dalam taraf rendah ini dikenal dengan nama silent listening.

Contoh: siswa yang sedang mendengarkan penjelasan dari guru, yang hanya menunjukkan respon mengangguk, tersenyum, dan sebagainya.


Kegiatan menyimak bertaraf tinggi

Aktivitas menyimak yang bertaraf tinggi, penyimak sudah dapat mengutarakan kembali isi bahan simakan. Pengutaraan kembali isi bahan simakan menandakan bahwa penyimak sudah memahami isi bahan simakan. Jenis menyimak seperti ini disebut dengan nama active listening.

Contoh: setelah siswa menerima pembelajaran, secara bergantian siswa mengutarakan apa yang didapatnya pada hari itu.

4) Berdasarkan taraf hasil simakan

Berdasarkan taraf hasil simakan, terdpat beberapa ragam, antara lain:


Menyimak terpusat

Menyimak terpusat adlah menyimak suatu aba-aba atau perintah untuk mengetahui kapan harus ulai melaksanakan sesuatu yang diperintahkan.

Contoh: ketika belajar membuat kue, saya selalu mendengarkan intruksi dari ibu kapan saya harus memasukkan telur, kapan harus memengeluarkan adonan dari oven, dan sebagainya.


Menyimak untuk membandingkan

Penyimak menyimak pesan tersebut kemudian membandingkan isi pesan tersebut dengan pengalaman dan pengetahuan penyimak yang relevan.

Contoh: kemarin sore, saya mendengarkan siaran berita yang memberitakan seorang siswa MAN yang kepergok membawa minuman kers ke sekolah. Setelah mendengar itu, saya kemudian membandingkan dengan pengalaman dan pengetahuan saya bahwa siswa MAN adalah siswa yang dikenal religi. Tapi hal ini berlawanan dengan berita yang saya dengarkan. Maka saya membandingkannya.


Menyimak organisasi materi

Yang dipentingkan oleh penyimak disini ialah mengetahui organisasi pikiran yang disampaikan pembaca, baik ide pokoknya maupun ide penunjangnya.

Contoh: saya mengikuti seminar proposal skripsi teman saya, berarti saya telah melakukan kegiatan menyimak organisasi materi karena saya tahu ide-ide yang disampaikannya.


Menyimak kritis

Menyimak kritis (critical listening) adalah sejenis kegiatan menyimak yang berupa untuk mencari kesalahan atau kekeliruan bahkan juga butir-butir yang baik dan berar dan ujaran seorang pembicara dengan alasan-alasan yang kuat yang kuat yang dapat diterima oleh akal sehat.

Contoh: ketika mangikuti seminar proposal skripsi, karena ada hal yang kurang bisa diterima dan dimengerti, maka saya meminta pada nara sumber untuk menjelaskan maksudnya.


Menyimak kreatif dan apresiatif

Menyimak kreatif (creative listening) adalah sejenis kegiatan dalam menyimak yang dapat mengakibatkan kesenangan rekonstruksi imajinatit para penyimak terhadap bunyi, penglihatan, gerakan, serta perasaan-perasaan kinestetik yang disarankan atau dirangsang oleh apa-apa yang disimaknya.

Contoh: suatu saat saya mendengarkan acara TV “hidup ini indah”. Setelah menyimak acara tersebut, saya jadi terinspirasi untuk menjadi seorang wirausaha sukses.

5) Berdasarkan tujuan menyimak

Ada enam macam ragam menyimak berdasarkan tujuan menyimak, yakni:


Menyimak sederhana

Menyimak sederhana terjadi dalam percakapan dengan teman atau percakapan melalui telepon.


Menyimak deskriminatif

Menyimak untuk membedakan suara atau perubahan suara.

Contoh: orang yang marah mengeluarkan nada suara yang berbeda dengan orang yang sedang bergembira.


Menyimak santai

Menyimak untuk tujuan kesenangan.

Contoh: menyimak film, drama, komedi, dan sebagainya.


Menyimak informatif

Menyimak untuk mencari informasi.

Contoh: menyimak siaran berita, menyimak pengumuman, dan sebagainya.


Menyimak literatur

Menyimak untuk mengorganisasikan gagasan.

Contoh: membahas hasil penemuan.


Menyimak kritis

Menyimak untuk menganalisis tujuan pembicara.

Contoh: dalam debat terbuka, ada dua pihak yang saling meminta kebenaran atas topik yang dibahas.

6) Berdasarkan tujuan khusus

Ada tujuh ragam menyimak berdasarkan tujuan khusus, yakni:


Menyimak untuk belajar

Melalui kegiatan menyimak seseorang mempelajari berbagai hal yang dibutuhkan. Contohnya: siswa yang menyimak penjelasan guru.


Menyimak untuk menghibur

Penyimak menyimak untuk menghibur dirinya. Contohnya: menyimak film, drama komedi, dan sebagainya.


Menyimak untuk menilai

Penyimak mendengarkan dan memahami isi simakan kemudian mengkaji, menguji, dan membandingkan dengan pengalaman dan pengetahuan penyimak. Contoh: menyimak fakta yang disiarkan di berita TV.


Menyimak apresiatif

Penyimak memahami, menghayati, mengapresiasi materi simakan. Contoh: menyimak pembacaan puisi, cerpen, drama, dsb.


Menyimak untuk mengomunikasikan ide dan perasaan

Penyimak memahami, merasakan gagasan, ide, dan perasaan pembicara. Contoh: orang yang sedang mendengarkan curahan hati sahabatnya.


Menyimak deskriminatif

Menyimak untuk membedakan suara atau bunyi. Contoh: perbedaan suara orang yang sedang bergembira dan orang yang sedang marah.


Menyimak pemecahan masalah

Penyimak mengikuti uraian pemecahan masalah secara kreatif dan analitis yang disampaikan oleh pembaca. Contoh: seorang psikolog yang mendengarkan keluhan pasiennya dan berusaha memberikan solusi terhadap masalah pasien tersebut.



Sumber

http://zoelfatas.blogspot.com/2009/01/ragam-menyimak.html

http://pramuka-achank.blogspot.com/2009/05/jenis-jenis-menyimak.html

http://affandy.ss.blog.plasa.com/2008/07/18/belajar-menyimak/ 

Senin, 16 September 2013

SEJARAH PERKEMBANGAN SASTRA INDONESIA

Periodisasi perkembangan sastra Indonesia
  1.  Menurut Nugroho Notosusanto
  1. Sastra melayu lama
    1. masa kebangkitan (1920-1945)
    2. Masa perkembangan (1945 s.d. sekarang)
    1. Sastra modern
# masa kebangkitan terdiri atas tiga periode:
  1. periode 20
  2. periode 33
  3. periode 42
# masa perkembangan
  1. periode 45
  2. periode 50
2        Menurut HB Jassin
a    Sastra Melayu lama
  1. Sastra Melayu modern
  2. angkatan 20
  3. angkatan 33
  4. angkatan 45
  5. angkatan 66
3        Menurut Ajip Rosidi
a    Masa kelahiran (1900-1945)
  1. Periode awal s.d. 1933
  2. Periode 1933-1942
  3. Periode 1942-1945
b    Masa Perkembangan (1945- sekarang)
  1.      Periode 1945-1953
  2.      Periode 1953-1961
  3.      Periode 1961-sekarang
  1. Menurut Rachmat Djoko Pradopo
            1.  Periode Balai Pustaka     : 1920-1940

            2. Periode Pujangga Baru   : 1930-1945

            3. Periode angkatan 45       : 1940-1955

            4. Periode angkatan 50       : 1950-1970

            5. Periode angkatan 70       : 1965-1984

# Karakteristik Kesusastraan Balai Pustaka
Pada tahun 1908 pemerintah Belanda mendirikan lembaga bacaan rakyat yang bernama volkslectuur. Pada tahun 1917volkslectuur diubah namanya menjadi Balai Pustaka yang para redakturnya terdiri atas penulis dan ahli bahasa melayu.
Naskah-naskah Balai Pustaka memiliki syarat-syarat sebagai berikut.

  • Karangan jangan mengandung unsur yang menentang pemerintah
  • Karangan tidak boleh menyinggung perasaan golongan tertentu dalam masyarakat
  • Karangan jangan menyinggung seseorang penganut agama.
Angkatan Balai Pustaka banyak menghasilkan karya sastra berupa roman, saduran dan terjemahan hasil karya pujangga asing ternama. Pada fase-fase terakhirnya, barulah Balai Pustaka menerbitkan naskah-naskah pengarang muda Indonesia baik prosa maupun puisi, meskipun jumlahnya sedikit.

# Karakteristik kesusastraan Angkatan Pujangga Baru
Masa angkatan Pujangga Baru dimulai dengan terbitnya majalah pujangga baru, pada bulan Mei 1933. Penerbitan majalah tersebut dipimpin oleh tiga serangkai pujangga baru, yakni Amir Hamzah, Armijn Pane, dan Sutan Takdir Alisyahbana. Sebenarnya angakatan pujangga baru sangat dipengaruhi oleh pujangga Belanda angkatan 1880, karena pada zaman tersebut banyak pemuda Indonesia yang berpendidikan barat.
Sifat kesusastraan angkatan pujangga baru:
  1. Dinamis
  2. Bercorak romantis-idealistis, aktif-romantik.
  3. Bahasanya mempergunakan bahasa Melayu yang lebih modern.
  4. Ciri-ciri bentuk kesusastraan angkatan pujangga baru:
    1. a.    Puisi
Yang memegang peranan penting adalah sonata. Sajak, jumlah suku kata dan   syarat-syarat puisi lainnya sudah tidak mengikat lagi.
                    b.   Prosa
Yang memegang peranan penting adalah roman, yang menceritakan perjuangan kemerdekaan dan pergerakan kebangsaan.
                    c.    Drama
Drama pada angkatan pujangga baru bertema kesadaran nasional.

# Karakteristik Angkatan 1945
Yang memberi nama Angkatan ’45 ialah Rosihan Anwar dalam majalah Siasat tahun 1949. Pelopor puisi angkatan 45 adalah Chairil Anwar, sedangkan prosanya adalah Idrus.
Angkatan 45 dipengaruhi oleh Marsman, Schlauerhoff, seperti yang terlihat pada sajak-sajak Chairil Anwar yang dipengaruhi oleh pujangga-pujangga dunia.
Ciri-ciri karya angkatan 45:
  1. Sajak: berisi akibat dari peperangan dan perjuangan dunia
  2. Novel: lebih banyak menghasilkan daripada roman
  3. Drama: menceritakan tentang keadaan setelah perang
  4. Cerpen: isinya menggambarkan peri-kehidupan manusia
# Karakteristik Angkatan ‘50
Pada tahun-tahun yang lalu belum ada penegasan tentang adanya angkatan ’50. H.B. Jasin belum menyebutkan Angkatan ’50, sedangkan Slamet Muljono berpendapat bahwa sastrawan Angkatan ’50 hanyalah pelanjut (successor) saja, karena beliau menganggap bahwa sastra Indonesia lahir pada tahun 1945 (Indonesia Merdeka). Karakteristik yang menonjol pada angkatan ini adalah sebagai berikut.
  1. Berisi kebebasan sastrawan yang lebih luas di atas kebiasaan (tradisi) yang diletakan pada tahun 1945.
  2. Masa ’50 memberikan pernyataan tentang aspirasi (tujuan yang terakhir dicapai) nasinal lebih jauh.
  3. pusat kegiatan sastra makin banyak jumlahnya (tersebar hampir di seluruh wilayah Indonesia), selain berpusat di jakarta dan jogyakarta.
  4. menunjukan sastra nasional Indonesia yang ditunjukan dalam puisi yang bertema kebudayaan daerah.
  5. keindahan puisi sudah dimulai didasarkan pada peleburan (kristalisasi) antara ilmu dan pengetahuan asing dengan perasaan dan ukuran nasional.
Periode ’50 bukan hanya pengekor (epigon) angkatan ’45, angkatan ini juga merupakan survival. Pada tahun 1950-an, terdapat beberapa peristiwa-peristiwa yang menggoncangkan negeri yang juga berekses buruk terhadap perkembangan sastra Indonesia saat itu. Sastrwan-sastrawan periode ini antara lain Ajip Rosidi, Toto Sukarto Bachtiar, Ramadhan K.H., Nugroho Notosusasnto, Trisnojuwono.

# Karakteristik Angkatan ‘66
Generasi ’66, yaitu suatu generasi baru yang melakukan pendobrakan terhadap penyelewengan besar-besaran yang membawa negara ke jurang kehancuran. Pada tahun 1966 terjadi suatu ledakan pemberontakan dari penyair, pengarang dan cendekiawan yang telah sekian lama  dijajah jiwanya oleh semboyan-semboyan atau slogan-slogan yang tidak wajar dan tidak sesuai dengan kepribadian bangsa.  Tugas angkatan ’66, ialah membela Pancasila dan menjaga jangan sampai timbul lagi tirani, demi mengisi revolusi guna mencapai soisalisme Indonesia. Dapatlah dicatat nama-nama: Ajip Rosidi, Rendra, Goenawan Mohammad, Taufiq Ismail, A A.Navis, Idris.

# Karakteristik Angkatan ‘80
Karya sastra di Indonesia pada kurun waktu setelah tahun 1980, ditandai dengan banyak bermunculannya roman percintaan. Banyak sastrawan wanita yang lahir pada angkatan ini, salah satunya adalah Marga T. dan Mira W.  Mereka adalah dua sastrawan wanita Indonesia yang menonjol dengan fiksi romantis. Majalah Horison tidak ada lagi, karya sastra Indonesia pada angkatan ini tersebar luas diberbagai majalah dan penerbitan umum.
Namun yang tak boleh dilupakan, pada era 80-an ini juga tumbuh sastra yang beraliran pop (tetapi tetap sah disebut sastra, jika sastra dianggap sebagai salah satu alat komunikasi), yaitu lahirnya sejumlah novel populer yang dipelopori oleh Hilman dengan serial Lupus-nya. Justru dari kemasan yang ngepop inilah diyakini tumbuh generasi gemar membaca yang kemudian tertarik membaca karya-karya yang lebih “berat”.

# Karakteristik Angkatan Reformasi
Seiring terjadi pergeseran kekuasaan politik dari tangan Soeharto ke BJ Habibie lalu KH Abdurahman Wahid (Gus Dur) dan Megawati Sukarnoputri, muncul wacana tentang sastrawan reformasi. Munculnya angakatan Reformasi. Munculnya angkatan ini ditandai dengan maraknya karya-karya sastra, puisi, cerpen, maupun novel, yang bertema sosial-politik, khususnya seputar reformasi. Di rubrik sastra Harian Republika, misalnya, selama berbulan-bulan dibuka rubrik sajak-sajak peduli bangsa atau sajak-sajak reformasi. Berbagai pentas pembacaan sajak dan penerbitan buku antalogi puisi juga didominasi sajak-sajak bertema sosial-politik.
Sastrawan angkatan reformasi merefleksikan keadaan sosial dan politik yang terjadi pada akhir tahun 1990-an, seiring dengan jatuhnya orde baru. Proses reformasi politik yang dimulai pada tahun 1998 banyak melatarbelakangi kelahiran karya-karya sastra puisi, cerpen dan novel pada saat itu. Bahkan, penyair-penyair yang semula jauh dari tema-tema sosial politik, seperti Sutardji Calzoum Bachri, Ahmadun Yosi Herfanda dan Acep Zamzam Noer, juga ikut meramaikan suasana dengan sajak-sajak sosial-politik mereka.

# Sastrawan Angkatan 2000-an
Korrie Layun Rampan pada tahun 2002 melempar wacana tentang lahirnya sastrawan angakatan 2000. Sebuah buku tebal tentang angkatan 2000 yang disusun dan diterbitkan oleh Gramedia, Jakarta, tahun 2002. Seratus lebih penyair, cerpenis, novelis, eseis, dan kritikus sastra dimasukan Korrie ke dalam angkatan 2000, termasuk mereka yang sudah mulai menulis sejak 1980-an, seperti Afrizal Malna, Ahmadun Yosi Herfanda dan Seno Gumira Ajidarma, serta yang muncul pada akhir tahun 1990-an, seperti Ayu Utami dan Dorothea Rose Herliany.


SEJARAH PERKEMBANGAN PUISI INDONESIA
  1. 1. Puisi Lama
Puisi lama merupakan pancaran masyarakat lama. Adapun ciri-ciri puisi lama, yaitu:
  1. merupakan puisi rakyat
  2. Pengarangnya anonim (tak dikenal)
  3. Puisi lama umumnya disampaikan dari mulut ke mulut (kesusastraan lisan)
  4. Terikat oleh syarat-syarat mutlak (bait, suku kata) dan tradisionil
Bentuk puisi lama adalah mantera, bidal, pantun, talibun, seloka.
  1. 2. Puisi Baru
Puisi baru merupakan pancaran masyarakat baru, yang banyak dihasilkan oleh sastrawan balai pustaka dan pujangga baru. Bahasanya sudah kurang kemelayu-melayuan sedangkan isinya sebagai jelmaan cita-rasa pengubahnya.
Macam-macam puisi baru antara lain, yaitu:
  1. Distichon (sajak dua seuntai)
  2. Terzina (Sajak 3 seuntai)
  3. Quatrain (sajak 4 seuntai)
  4. Quint (Sajak 5 seuntai)
  5. Sextet (sajak 6 seuntai)
  6. Septima (sajak 7 seuntai)
  7. Stanza/octav (sajak 8 seuntai)
  8. Soneta
Puisi baru banyak menghasilkan puisi berbentuk soneta. Seperti Gembala (M. Yamin), candi (Sanusi Pane).
  1. 3. Puisi zaman Jepang
Datangnya Jepang di Indonesia, sunnguh mengejutkan. Mereka menjanjikan kemerdekaan, kemakmuran dan kebahagiaan kepada bangsa Indonesia, Janji-janji dan semboyan Jepang sungguh mengagumkan dan mengikat hati bangsa Indonesia, sehingga banyak yang tertipu olehnya termasuk para penyair dan pengarang yang mengajak dan menganjurkan agar membantu, bahkan mengabdi perjuangan Dai Nippon.
Para pujangga yang bernafaskan nasional ketuhanan senanyiasa mengajak agar bangsa indonesia turut berjuang disamping Dai Nippon demi kepentingan bangsa sehinnga terlahirlah puisi-puisi yang yang bertemakan perjuangan, salah satunya adalah puisi yang berjudul “kita Berjuang”.
Setelah jepang mengingkari janjinya, bangsa Indonesia tak percaya lagi pada Jepang bahkan dendam, untuk menonjolkan perasaan demikian, mereka takut. Akhirnya banyaklah pujangga mencari jalan keluar, agar buah penanya dapat lolos dari sensor Jepang yang dijalankan oleh keimin bunkha shidosa. Mereka menciptakan buah karyanya yang bersifat simbolik, seperti Maria Amin dalam puisinya “Kapal Udara”.
Penderitaan yang luar biasa, lazimnya mendekatkan manusia kepada Tuhan itulah sebabnya banyak oujangga yang tidak puas akan kenyataan, lari kedunia suka cita atau romantik seperti tampak pada buah pena Amal hamzah,
Bukti pelariannya ia menterjemahkan Gitanyali serta buah penaRabindranath Tagore lainnya yang dikumpulkan “Seroja dari gangga”.
Kemudian para pemimpin Indonesia menyadari, bekerja berjuang dengan Nippon itu harus lebih ditunjukan demi kepentingan nusa-bangsanya sendiri, seperti isi puisi Rosihan Anwar yang berkepala“Kisah diwaktu pagi” dan “lukisan”.
Tidak bisa kita elakan pada waktu  itu lahir seorang penyair yang sangat terkenal, yakni Chairil Anwar. Ia penyair realistis_individualistis. Serta sastrawan-sastrawan lain antara lain: Annas ma’ruf, Bung Usman, Azahar munir sjamsul, dan Nursjamsu.
  1. Puisi Modern ( Angkatan ‘45)
Setelah Indonesia merdeka, hilanglah tabir penghalang atau tabir pengekang jiwa dan cita-cita bangsa Indonesia. Selain menciptakan kemerdekaan bangsa dan tanah air, menelurkan pula jiwa yang bebas dinamis dan realistis, revolusioner serta memancarkan seni-sastra yang bernafaskan irama ’45 pula.
Pada puisi angkatan ’45 bukanlah rima bukan pula bentuk yang diutamakan, melainkan isi yang ditonjolkannya. Kalau perlu bahasanya pun harus tunduk pada isi yang merupakan perwujudan cita-cita.
Chairil Anwar seorang pelopor penyair angkatan ’45, memproklamirkan jiwanya yang individualistis lewat puisinya “AKU” dan sebuah puisi yang merupakan peringatan yang perlu diperhatikan adalah “Ceritera buat dien Tamaela” nafas-nafas ke-Tuhanan Chairil Anwar dapat kita rasakan dalam puisinya Do’a dan Isa. Indonesia memasuki dunia baru dalam gelanggang seni sastra, menandakan larirnya angkatan baru yang lazim dengan sebutan angkatan muda, tapi pada tahun 1949 Rosihan Anwar memberi nama baru yang lebih populer lagi yaitu Angkatan ’45.
Jejak langkah pelopor penyair angkatan ’45 diikuti dan diteruskan oleh para pengikutnya dua orang rekan Chairil Anwar yakni, Riva’i Arivin dan Asrul San. Ketiganya merupakan “tri tunggal penyair angkatan ‘45” sebagai buktinya melalui karyanya “Tiga Menguak Takdir” kumpulan puisi buah pena mereka.
Umar Ismail, ali talim, Mahatmanto, dan Bahrum Rangkuti merupakan penyair angkatan ’45 yang relijius. Pada angkatan ’45 juga terdapat sastrawan perempuan, yaitu Maria Amin, Nursjamsu, Walujati, Samiati Alisjahbana, dan Rukiah.






Referensi : http://aldikarestupramuli.wordpress.com/2009/12/30/sejarah-perkembangan-sastra-indonesia/trackback/

MAJAS/ GAYA BAHASA



Didalam sebuah karya sastra utamanya dalam sebuah karangan fiksi sering kita jumpai bahasa-bahasa yang imajinatif yang ditujukan untuk memperindah sebuah cerita. Itulah yang sering kita kenal dengan Gaya Bahasa atau Majas.

Didalam khasanah Bahasa Indonesia, Majas dikelompokkan menjadi empat, yaitu:

Majas Perbandingan
Majas Pertentangan
Majas Penegasan
Majas Perulangan
Majas Pertautan

Gaya bahasa perbandingan terdiri atas beberapa gaya bahasa. Di antaranya seperti yang tertulis di bawah ini:

1. Perumpamaan adalah perbandingan dua hal yang pada hakikatnya berlainan, tetapi sengaja dianggap sama. Biasanya pada majas ini diterangkan oleh pemakaian kata seperti, sebagai, ibarat, umpama, bak, dan laksana.
Contoh: Dua bersaudara itu seperti minyak dengan air, tidak pernah rukun.

2. Metafora adalah perbandingan yang implisit, tanpa kata pembanding seperti atau sebagai diantara dua hal yang berbeda.
Contoh: Para kuli tinta mendengarkan dengan tekun penjelasan tentang kenaikan harga BBM.

3. Personifikasi atau penginsanan adalah gaya bahasa yang menggunakan sifat-sifat insani pada barang yang tidak bernyawa.
Contoh: Dengarlah nyanyian pucuk-pucuk cemara.

4. Alegori adalah gaya bahasa yang memperlihatkan perbandingan yang utuh. Beberapa perbandingan membentuk satu kesatuan. Alegori merupakan metafora yang diperluas dan berkesinambungan, biasanya mengandung pendidikan dan ajaran moral.
Contoh: Berhati-hatilah dalam mengemudikan bahtera kelangsungan kehidupan keluargamu, sebab lautan kehidupan ini penuh ranjau, topan yang ganas, batu karang, dan gelombang yang setiap saat dapat menghancurkleburkan. Oleh karena itu, nakhoda harus selalu seia sekata dan satutujuan agar dapat mencapai pantai bahagia dengan selamat.

5. Pleonasme adalah gaya bahasa yang menggunakan kata-kata mubazir.
Contoh: Saya menyaksikan pembakaran rumah itu dengan mata kepala saya sendiri.

6. Tropen adalah gaya bahasa yang melukiskan sesuatu dengan membandingkan suatu pekerjaan atau perbuatan dengan kata lain yang mengandung pengertian yang sejalan dan sejajar.
Contoh: Setiap malam ia menjual suaranya untuk nafkah anak dan istrinya.

7. Perifrasis adalah Gaya bahasa yang melukiskan sesuatu dengan menguraikan sepatah kata menjadi serangkaian kata yang mengandungarti yang sama dengan kata yang digantikan itu.
Contoh: Ketika matahari hilang dibalik gunung barulah ia pulang.


Gaya bahasa pertentangan ini juga terdiri atas sejumlah gaya bahasa. Di bawah ini adalah gaya bahasa pertentangan yang sering dipakai.

1. Hiperbola adalah gaya bahasa yang mengandung pernyataan yang berlebih – lebihan, atau membesar – besarkan sesuatu yang dimaksud dengan tujuan memberi penekanan pada suatu pernyataan atau situasi, memperhebat, serta meningkatkan kesan dan pengaruhnya.
Contoh: Teriakan para pengunjuk rasa itu membelah angkasa.

2. Litotes adalah gaya bahasa yang mengandung pernyataan yang dikecil – kecilkan, dikurangi dari kenyataan yang sebenarnya, tujuannya untuk merendahkan diri. Litotes merupakan lawan dari hiperbola.
Contoh: Jakarta sebagai kota metropolitan bukan kota yang kecil dan sepi.

3, Ironi adalah gaya bahasa yang berupa sindiran halus berupa pernyataan yang maknanya bertentangan dengan makna sebenarnya.
Contoh: Pagi benar engkau datang, Hen! Sekarang, baru pukul 11.00

4. Paradoks adalah gaya bahasa yang mengandung pertentangan yang nyata dengan fakta – fakta yang ada.
Contoh: Musuh sering merupakan kawan yang akrab.

5. Klimaks adalah gaya bahasa yang berupa susunan ungkapan yang makin lama makin mengandung penekanan.
Contoh: Dua hari yang lalu korban kerusuhan berjumlah lima belas orang, kemarin bertambah menjadi dua puluh, sekarang terhitung sejumlah tiga puluh orang.

6. Antiklimaks merupakan gaya bahasa kebalikan dari klimaks. Dalam gaya bahasa antiklimaks, susunan ungkapannya disusun makin lama makin menurun.
Contoh: Bukan hanya Kepala Sekolah dan Guru yang mengumpulkan dana untuk korban kerusuhan, para murid ikut menyumbang semampu mereka.

7. Antitesis Gaya bahasa pertentangan yang melukiskan sesuatu dengan mempergunakan kepaduan kata yang berlawanan arti.
Contoh: Cantik atau tidak,kaya atau miskin, bukanlah suatu ukuran nilai seorang wanita.

8. Okupasi merupakan gaya bahasa yang melukiskan sesuatu dengan bantahan, tetapi kemudian di beri penjelasan atau diakhiri kesimpulan.
Contoh: Merokok itu merusak kesehatan, akan tetapi si perokokk tidak dapat menghentikan kebiasaannya.Maka muncullah pabrik-pabrik rook karena untungnya banyak.

9. Kontradiksio Intermimis merupakan gaya bahasa yang memperlihatkan pertentangan dengan penjelasan semula.
Contoh: Semua murid di kelas ini hadir, kecuali si Hasan yang sedang ikut Jambore.


Gaya bahasa pertautan terdiri atas beberapa gaya bahasa yaitu sebagai berikut;

1. Metonimia adalah gaya bahasa yang menggunakan nama cirri atau nama hal yang ditautkan dengan segala sesuatu sebagai penggantinya.
Contoh: Sang Merah Putih berkibar dengan gagahnya di angkasa.

2. Sinekdoke ini terdiri atas dua gaya bahasa.

a. Pars Prototo adalah gaya bahasa yang menyebutkan sebagian, tetapi yang dimaksud keseluruhan.
Contoh: Setiap kepala dikenai sumbangan sebesar Rp 1. 500,00
b. Totem pro parte adalah gaya ahasa yang menyebutkan keseluruhan tetapu yang dimaksudkan sebagian.
Contoh: Sekolah kami sudah dua kali mendapat juara pertama dalam lomba cerdas cermat bahasa Inggris.

3. Alusio adalah gaya bahasa yang menunjuk secara tidak langsung ke suatu peristiwa, tokoh, dan tempat yang sudah banyak dikenal oleh pembaca. Gaya bahasa ini juga tidak menggunakan peribahasa, ungkapan, atau sampiran pantun yang isinya telah diketahui oleh umum.
Contoh: Jangan seperti kura – kura dalam perahu.

4. Eufimisme adalah gaya bahasa yang berupa ungkapan – ungkapan halus, untuk menggantikan ungkapan yang dirasa kasar, kurang sopan, atau kurang menyenangkan.
Contoh: Sayang, anak setampan itu hilang akal.


Gaya bahasa perulangan yang sering digunakan seperti di bawah ini.

1. Aliterasi adalah sejenis gaya bahasa yang memangaatkan pemakaian kata – kata permulaan yang sama bunyi. Gaya bahasa ini biasa digunakan pada karangan fiksi yang berupa puisi.
Contoh: Dara damba daku
Datang dari danau

2. Asonansi adalah gaya bahasa repetisi yang berwujud perulangan vocal yang sama. Biasanya dipakai dalam karya puisi atau dalam prosa untuk memperoleh efek penekanan atau menyelamatkan keindahan.
Contoh: Muka muda mudah marah
tiada siaga tiada biasa
jaga harga tahan harga


Gaya bahasa penegasan terdiri atas beberapa gaya bahasa, antara lain:

1. Repetisi adalah majas penegasan yang melukiskan sesuatu dengan mengulang kata atau beberapa kata berkali-kali,yang biasanya dipergunakan dalam pidato.
Contoh: Kita junjung dia sebagai pemimpin,kita junjung dia sebagai pelindung.

2. Paralelisme adalah majas penegasan yang seperti repetisi tetapi dipakai dalam puisi.
Contoh: Kalau kau mau, aku akan datang
Jika kau menghendaki,aku akan datang
Biula kau minta, aku akan datang

3. Tautologi adalah majas penegasan yang melukiskan sesuatu dengan mempergunakan kata-kata yang sama artinya untuk mempertegas arti
Contoh: Saya khawatir serta was-was akan keselamatannya.

4. Simetri adalah majas penegasan yang melukiskan sesuatu dengan mempergunakan satu kata, Kelompok kata atau kalimat yang diikuti kata, kelompok kata yang seimbang artinyan dengan kata pertama.
Contoh: Kakak berjalan tergesa-gesa, sepoerti orang dikejar anjing gila.

5. Enumerasio adalah majas penegasan yang melukiskan beberapa peristiwa membentuk satu kesatuan yang dituliskan atu per satu supaya tiap-tiap peristiwa dalam keseluruhannya terlihat jelas.
Contoh: Angin berhembus, laut tenang, bulan memancar lagi.

6. Rettorik adalah majas penegasan dengan menggunakan kalimat Tanya yang sebenarnya tidak membutuhkan jawaban.
Contoh: Mana mungkin orang mati hidup kembali?

7. Koreksio adalah majas penegasan berupa membetulkan kembali kata-kata yang salah diucapkan, baik sengaja atau tidak sengaja.
Contoh: Hari ini sakit ingatan, eh…maaf, sakit kepala maksudku.

8. Asidenton adalah majas penegasan yang menyebutkan beberapa benda, hal atau keadaan secara berurutan tanpa memakai kata penghubung.
Contoh: Kemeja, sepatu, kaos kaki, dibelinya di tokok itu.

9. Polisidenton adalah majas penegasan yang menyatakan beberapa benda, orang, hal atau keadaan secara berturut-turut denganmemakai kat apenghubung.
Contoh: Dia tidak tahu, tatapi tetap saja ditanyai, akibatnya dia marah-marah.

11. Ekslamasio adalah majas penegasan yang memakai kata-kata seru sebagai penegas.
Contoh: Amboi, indahnya pemandangan ini!

12. Praeterito adalah majas penegasan yang melukiskan sesuatu dengan menyembunyikan atau merahasiakan sesuatu dan pembaca harus menerka apa yang disembunyikan itu.
Contoh: Tidak usah kau sebut namanya, aku sudah tahu siapa penyebab kegaduhan ini.

13. Interupsi adalah majas penegasan yang mempergunakan kata-kata atau bagian kalimat yang disisipkan diantara kalimat pokok untuk lebih menjelaskan dan menekankan bagian kalimat sebelumnya.
Contoh: Aku, orang yang sepuluh tahun bekerja disini, belum pernah dinaikkan pangkatku.


Gaya bahasa sering digunakan dalam karangan fiksi. Bahasa dalam karangan fiksi lebih bebas dari karangan nonfiksi atau ilmiah. Oleh karena itu, bahasa dalam karangan ilmiah adalah bahasa baku dan bermakna lugas. Dalam karangan fiksi gaya bahasa diperlukan untuk memperindah cerita