Puisi

AKU BERKACA
Oleh Chairil Anwar

Ini muka penuh luka
Siapa punya ?

Kudengar seru menderu
dalam hatiku
Apa hanya angin lalu ?

Lagu lain pula
Menggelepar tengah malam buta

Ah.......!!

Segala menebal, segala mengental
Segala tak kukenal .............!!
Selamat tinggal ................!



AKU BERADA KEMBALI
Oleh Chairil Anwar

Aku berada kembali. Banyak yang asing: 
air mengalir tukar warna,kapal kapal, 
elang-elang 
serta mega yang tersandar pada khatulistiwa lain; 

rasa laut telah berubah dan kupunya wajah 
juga disinari matari lain. 

Hanya 
Kelengangan tinggal tetap saja. 
Lebih lengang aku di kelok-kelok jalan; 
lebih lengang pula ketika berada antara 
yang mengharap dan yang melepas. 

Telinga kiri masih terpaling 
ditarik gelisah yang sebentar-sebentar 
seterang 
guruh 



CINTAKU JAUH DI PULAU
Oleh Chairil Anwar

Cintaku jauh di pulau,
gadis manis, sekarang iseng sendiri

Perahu melancar, bulan memancar,
di leher kukalungkan ole-ole buat si pacar.
angin membantu, laut terang, tapi terasa
aku tidak 'kan sampai padanya.

Di air yang tenang, di angin mendayu,
di perasaan penghabisan segala melaju
Ajal bertakhta, sambil berkata:
"Tujukan perahu ke pangkuanku saja,"

Amboi! Jalan sudah bertahun ku tempuh!
Perahu yang bersama 'kan merapuh!
Mengapa Ajal memanggil dulu
Sebelum sempat berpeluk dengan cintaku?!

Manisku jauh di pulau,
kalau 'ku mati, dia mati iseng sendiri.


SENJA DI PELABUHAN KECIL
Oleh Chairil Anwar


Ini kali tidak ada yang mencari cinta
di antara gudang, rumah tua, pada cerita
tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut
menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut

Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang
menyinggung muram, desir hari lari berenang
menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak
dan kini tanah dan air tidur hilang ombak.

Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan
menyisir semenanjung, masih pengap harap
sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan
dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap

DI BERANDA INI ANGIN TAK KEDENGARAN LAGI
Puisi Goenawan Muhamad

Di beranda ini angin tak kedengaran lagi
Langit terlepas. Ruang menunggu malam hari
Kau berkata: pergilah sebelum malam tiba
Kudengar angin mendesak ke arah kita

Di piano bernyanyi baris dari Rubayyat
Di luar detik dan kereta telah berangkat
Sebelum bait pertama. Sebelum selesai kata
Sebelum hari tahu ke mana lagi akan tiba

Aku pun tahu: sepi kita semula
bersiap kecewa, bersedih tanpa kata-kata
Pohon-pohon pun berbagi dingin di luar jendela
mengekalkan yang esok mungkin tak ada


CINTA DAN KEMATIAN 
Iskandar Yusuf

Marilah kekasih kita berjalan 
melalui jalan terjal dengan yakin
dengan mata kita menghadapi matahari
derak ranting yang akarnya menusuk dada bumi 
tak lagi bercerita tentang misteri kubur
kesunyian menjaga nisan membuka tabir rahasia Tuhan
dalam kegelapan peti mati
desah kehidupan membelenggu kebebasanku
bermain dengan kematian itu..

Bangkitlah dan mari duduk diranjangku
cinta telah meberikan ketegaran indah untuk berkata
jadilah cinta menara di tengah laut
sehingga kita tidak dapat melihat kerangka dan tengkorak 
di goa batu Golgota..

Lihatlah air mata bergulir bermuara di sudut mata
cinta memberikan pemahaman tentang makna kebahagian
dan kekecewaan
betapa waktu mengubah aku 
dan meninggalkanku dalam reruntuhan jiwa

Kekasih
jangan biarkan kematian menghentikan perjalanan kita..


DI PERSIMPANGAN IMPIAN
Oleh Rima Sudarma


Cerita singkat yang lucu
Yang menjadi memo penting ku...
Yang kan menjadi folder yang tersusun indah dalam benak ku

3 tahun yang kita lewati
Mungkin takkan pernah bisa terulang lagi
Semua motifasi, semua yang pernah kita jalani
Semua hari yang tak pernah sepi
Saling memberi,saling menyanyangi
Takkan pernah ada lagi

Kini jalan baru telah menanti
Rasa haru membias menyelimuti ruang 3 dimensi dalam hati
Nanti jika semuanya pergi.........
Jemu yang kan menghampiri
Menari di setiap hari ku yang sepi 
Karna kebersamaan pergi
Tak menyatukan kita lagi
Mungkin nanti
Ceria kan tergali
Karna tlah pergi dan tak terulang lagi

3 tahun yang kan menjadi kenangan masa lalu
Terukir dalam kalbu
Yang menggetarkan gejolak sukma ku
Sedih dan pilu
Kini membelenggu menjadi satu

0 komentar:

Posting Komentar